Cerita Praktik Baik Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Metode STAR
Penulis: Siwi Nurdiani
SITUASI
Akar permasalahan yang terjadi adalah masih belum maksimalnya minat literasi siswa kelas IX terutama literasi sastra (menulis cerpen). Salah satu faktor penyebabnya adalah guru belum memberikan rangsangan belajar kontekstual dan belum memanfaatkan kecakapan belajar abad 21, termasuk pemanfaatan media berbasis AI. Selain itu, siswa juga belum terbiasa berpikir HOTS disebabkan karena guru belum terbiasa melakukan proses pembelajaran yang HOTS.
Praktik Baik ini sangat penting untuk dibagikan mengingat madrasah dituntut mulai mengimplementasikan kurikulum merdeka. Dalam kurikulum merdeka, hal yang menjadi arus utama adalah keterampilan literasi dan numerasi. Kecakapan berpikir kritis, kreatif, kemampuan berkomunikasi efektif serta bekerja secara kolaboratif menjadi tuntutan global dalam pendidikan. Kecakapan ini perlu ditumbuhkan di kelas melalui strategi untuk meningkatkan kecakapan peserta didik dalam memaknai teks yang dibaca serta untuk mengaitkan teks tersebut dengan pengalaman, teks lain yang pernah dibaca, dan permasalahan dunia di sekitarnya (Sofie Dewayani, 2021. hal. 6). Selain itu, pembelajaran HOTS menjadi salah satu indikator yang harus ada dalam IKM. Pembelajaran HOTS tersebut tercapai dengan model pembelajaran yang dilaksanakan dengan tepat didukung pemanfaatkan teknologi yang relevan bagi generasi abad 21.
Peran guru dalam hal ini adalah menciptakan kondisi belajar yang mengedepankan literasi kontekstual dan memastikan bahwa setiap langkah yang dilakukan oleh guru telah merujuk kepada HOTS serta guru mendekatkan siswa terhadap teknologi mutakhir dan tepat guna.
Menjadi tanggung jawab guru untuk dapat melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikum merdeka. Memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan belajar terbaik, menguasai literasi numerasi, berpikir HOTS, dan dapat menguasai teknologi tepat guna di masa depan. Guru bertanggung jawab untuk menjadi profesional dengan mengembangkan kemampuan literasi abad 21, kemampuan dalam penguasaan teknologi, serta memberikan siswa pilihan akses terbaik dalam bidang keilmuan.
Berfikir kreatif merupakan kemampuan yang sebagian besar dari kita yang terlahir bukan bukan pemikir kreatif alami. Perlu teknik khusus yang diperlukan untuk membantu menggunakan otak kita dengan cara yang berbeda. Masalah pada pemikiran kreatif adalah bahwa hampir secara definisi dari setiap ide yang belum diperiksa akan terdengar aneh dan mengada-ngada bahkan terdengar gila. Tetapi solusi yang baik mungkin akan terdengar aneh pada awalnya. Sayangnya, itu sebabnya sering tidak akan diungkapkan dan mencoba untuk mengajukannya. Berpikir kreatif dapat berupa pemikiran imajinatif, menghasilkan banyak kemungkinan solusi, berbeda, dan bersifat lateral (Yokie Ariyana, 2010. Hal. 19)
TANTANGAN
Adapun tantangan untuk dapat mencapai hal tersebut diantaranya:
- Latar belakang keluarga siswa beragam (ekonomi menengah ke bawah, broken home, kesibukan orang tua) mempengaruhi iklim belajar siswa di rumah yang kurang kondusif dan beragam pula kesiapan belajar siswa.
- Belum maksimalnya pembiasaan student center learning di madrasah, sehingga siswa belum memiliki kemandirian belajar.
- Belum maksimalnya pemanfaatan fasilitas teknologi sehingga siswa hanya memanfaatkan gawai untuk hal lain, bukan dalam rangka belajar.
- Selama ini produk pembelajaran di kelas belum dimaksimalkan hasilnya dan dipublikasikan. Siswa belum pernah menggunakan platform digital untuk mengunggah karya literasi.
- Kendala wifi/jaringan internet madrasah yang terbatas. Siswa juga tidak setiap saat memiliki paket data internet yang memadai.
- Penguasaan guru terhadap teknologi berbasis AI untuk pembelajaran yang masih terbatas.
- Guru tidak terbiasa melakukan refleksi pembelajaran
Untuk mencapainya, guru harus melibatkan berbagai pihak baik kepala madrasah, waka pemangku kepentingan, orang tua siswa dan siswa sendiri.
AKSI
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapi tantangan
- Menghadapi kondisi kesiapan siswa yang beragam, disikapi dengan pendekatan dan motivasi terhadap siswa agar dapat melaksanakan pembelajaran dengan semangat dan sunggu-sungguh.
- Menghadapi siswa yang masih banyak tergantung pada guru yang memberikan materi, disikapi dengan menerapkan model PjBL dan penerapan SCL serta 4C.
- Menghadapi tantangan bahwa siswa hanya menggunakan gawai untuk game dan medsos, maka guru merancang pembelajaran berbasis gawai untuk membaca referensi belajar, mengerjakan LKPD, mengunggah karya, dan juga mengerjakan asesmen formatif.
- Menghadapi tantangan bahwa siswa belum menghasilkan karya terpublikasi maka guru merancang bahwa produk/karya yang dihasilkan sampai pada tahap mempublikasikan di platform digital/webisite.
- Kendala wifi/jaringan internet disikapi dengan cara guru menyiapkan mifi/teatring bagi siswa yang kehabisan paket data/kesulitan jaringan internet.
- Menghadapi kendala penguasaan teknologi pembelajaran berbasis AI yang masih terbatas, guru terus mengembangkan dengan belajar otodidak dari internet.
- Menghadapi kondisi siswa yang tidak pernah melaksanakan refleksi pembelajaran, guru merancang adanya refleksi di setiap akhir pembelajaran dan memfasilitasinya dalam bentuk pohon refleksi.
REFLEKSI DAN DAMPAK
Motivasi

Melaksanakan motivasi di awal pembelajaran dengan menyapa dan mengaitkan/mendekatkan dengan keseharian siswa rmemiliki beberapa dampak. Pertama, bertegur sapa dan motivasi dapat mencairkan pemikiran siswa tentang makna dari keseriusan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Salah satu motivasi yang dilakukan adalah dengan menayangkan sosok/profesi anak muda yang menekuni bidang literasi. Guru juga mengaitkan dengan pengalaman pribadi guru sebagai penulis cerpen dan novel sehingga berbuah manis. Awalnya siswa masih merasa tidak tertarik untuk menuli cerpen atau hanya menjadi pembaca wattpad, pada saat pembelajaran mereka berkegiatan menulis cerpen karya mereka.

Kedua, proyek cerpen dapat selesai tepat waktu sesuai jadwal yang disepakati. Meski di awal mereka merespon dengan mengatakan bahwa merasa susah untuk mengembangkan ide, guru tetap memotivasi bahwa dari satu benda yang ada di dalam box of imagination akan membuka ide alur cerpen yang mereka buat. Kemudian guru juga memotivasi bahwa sulit dan ribet itu jika dikerjakan sendiri, dan menegaskan bahwa kolaborasi adalah jawaban dari tantangan itu. Mereka juga mau melakukan kolaborasi dengan siswa lain meskipun pembagian secara random. Sebelumnya guru telah menerapkan strategi motivasi tentang siap ber-partner dengan siap saja.
Sintaks PjBL
Sintaks PjBL berdampak pada suasana belajar yang terpusat kepada siswa. Melaksanakan pembelajaran sesuai sintaks PjBL otomatis mengajak siswa terbiasa berpikir HOTS.
- Pertanyaan Mendasar

Guru memulai dengan memberikan tes diagnostik tes kognitif terkait penguasaan dasar siswa untuk menulis cerpen. Kemudian guru bersama siswa mendiskusikan hal-hal yang perlu dilakukan dalam menulis cerpen. Tes diagnostik kognitif pra pembelajaran ini dilakukan secara efektif dengan menggunakan aplikasi berbasis AI, yaitu live quizizz sehingga siswa lebih terarah saat hendak menulis cerpen. Sebelumnya guru juga telah meminta siswa untuk membaca contoh cerpen dari beberapa tautan.
2. Mendesain Proyek

Untuk menyikapi reaksi yang terjadi dalam pembelajaran proyek, guru merancang agar siswa curah dapat melakukan pendapat dengan menggunakan media box of imagination. Hal itu direspon positif oleh siswa dalam membantu mendapatkan ide cerita yang akan ditulis. Selanjutnya guru juga menyiapkan LKPD yang berisi pertanyaan panduan untuk mempermudah dalam menyusun kerangka cerita.
Langkah selanjutnya guru mengarahkan mereka untuk mendesain cerpen dalam enam paragraf berdasarkan strukturnya. Respon mereka terhadap kerangka karangan lebih positif. Sebanyak 75% siswa merasa kesulitan karena masih sedikit dalam membaca cerpen, 25% di antaranya memiliki pengalaman memadai dalam membaca cerpen. Dari wawancara dan pemantauan yang dilakukan guru, 100% siswa mengatakan bahwa kerangka karangan membantu mereka menyelesaikan proyek lebih cepat dan lebih mudah.
3. Penjadwalan Proyek
Penjadwalan ini dilakukan oleh guru dan siswa. Penjadwalan menjadikan pengerjaan proyek lebih efektif. Siswa dapat membuat target kerja yang lebih terarah. Penjadwalan juga dilakukan tahap demi tahap penyelesaian proyek, sampai tahap presentasi.
4. Pemantauan

Pemantauan proyek yang dilakukan guru direspon baik oleh 100% siswa dan menyatakan bahwa bimbingan guru di kelompok sangat membantu mereka. Secara mandiri para siswa mau menghubungi guru untuk melakukan konsultasi atas kesulitan yang mereka alami. Mereka lebih cenderung berkonsultasi melalui pesan WA. Sebagian siswa yang belum responsif terhadap pemantauan yang dilakukan guru disikapi dengan melakukan jemput bola. Guru berinisiatif menghubungi siswa melalui WA/telepon untuk memastikan jika kolaborasi dalam kelompok berjalan dengan baik. Hasilnya, kelompok yang semula pasif mulai merespon dan mau berbagi kendala ataupun keberhasilan yang telah mereka lalui.

Strategi lain yang digunakan guru untuk memaksimalkan proses publikasi karya dengan memberikan pilihan platform digital yang mungkin dapat terjangkau. Guru memotivasi dan membantu memberikan arahan untuk siswa dapat membuat akun platform storial.co lalu mengunggah berkas secara mandiri. Hasilnya bagi kelompok yang telah akrab dengan platform baca digital, mereka dengan cepat mampu membuat akun meskipun belum tahu caranya menjadi penulis aktif. Guru kemudian menyediakan waktu untuk memandu mereka melakukan unggah berkas hingga selesai. Sebagian siswa yang lain, berhubung keterbatasan gawai dan sinyal, guru menjembatani dengan meminta mereka mengirim berkas cerpen kepada admin website MTsN 4 Kulon Progo sesuai ketentuan yang berlaku. Hasilnya, karya cerpen mereka terpublikasi di website madrasah, meski kelemahannya adalah mereka belum memiliki pengalaman dalam mengunggah secara mandiri. Namun, target publikasi cerpen tercapai.
5. Uji hasil

Proses belajar selanjutnya setelah berhasil mengunggah adalah menguji hasil. Menguji hasil ini dilaksanakan dengan setiap kelompok membagikan tautan kepada teman kelompok lain untuk dibaca dan diapresiasi. Adapun yang diuji adalah kelengkapan struktur cerpen, hal yang menarik dari cerpen, dan nilai positif yang dapat diambil. Strategi yang dilakukan oleh guru adalah memberikan kesempatan tiap siswa untuk membaca cerpen karya teman kemudian baru diminta untuk memberikan tanggapan. Cerpen hasil karya siswa juga ditampilkan melalui layar. Proses tersebut tampak berjalan lambat pada beberapa kelompok dikarenakan sebagian siswa masih belum terbiasa berpendapat/berbicara dalam kegiatan presentasi.
Strategi yang digunakan guru mengantisipasi hal tersebut, memberikan beberapa kata kunci, panduan, dan motivasi untuk siswa tersebut lebih percaya diri dalam berbicara dan mau mencoba. Meskipun hasilnya belum sebaik seperti teman yang telah terbiasa berdiskusi dalam forum organiasisi (OSIS), namun telah ada nilai positif yang diambil siswa yakni pengalaman berbicara di depan umum. Guru juga memotivasi bahwa jika semakin sering praktik dan mencoba, keterampilan itu akan bertambah.
6. Evaluasi
Sintaks terakhir dari PjBL adalah evaluasi. Dalam tahap ini, siswa mengerjakan tes formatif dengan menggunakan websites quizizz sehingga mereka dapat melihat sejauh mana perkembangan penguasaan mereka terhadap materi menulis cerpen.
Penggunaan Gawai
Pertama, proses pembelajaran 90% papperless. Dalam pembelajaran kali ini, guru memanfaatkan gawai dalam proses pembelajaran secara menyeluruh. Gawai dimanfaatkan mulai dari membaca contoh-contoh cerpen dari internet, membaca referensi struktur dan aspek kebahasaan cerpen, mengakses KBBI daring, mengerjakan LKPD dengan gawai melalui website live worksheets, menginstal aplikasi storial.co, mengunggah cerpen, dan mengerjakan tes formatif melalui quizziz.

Kedua, meskipun membawa gawai, namun sepanjang pembelajaran, 73% siswa menyatakan tidak ada kesempatan menggunakan gawai untuk bermain games atau medsos. Sementara itu 27% di antara mereka merasa masih bisa membuka game dan medsos. Adapun 27% siswa tersebut merasa santai saat presentasi (pertemuan kedua). Sementara selain gawai digunakan untuk berbagai proses pembelajaran, model PjBL dengan pemantauan guru tersebut tidak memungkinkan siswa mengerjakan hal lain selama proses pengerjaan. Hal tersebut disampaikan oleh 100% siswa kelas IXA. Secara tidak langsung, guru juga telah mengenalkan siswa kepada manfaat gawai yang lebih jauh dan lebih berarti. Guru juga mengajak siswa berdiskusi mengenai karakter tanggung jawab terhadap kesepakatan yang dibangun.
Di antara 27% siswa yang masih merasa kurang bertanggung jawab pada pertemuan kedua. Kemudian menyatakan pertanggungjawabannya. “Saya bertanggungjawab tidak menggunakan HP untuk games/medsos/lainnya saat pembelajaran.”
Publikasi Karya

Mengenai masalah publikasi karya yang selama ini belum dimaksimalkan oleh guru, telah disinggung dalam poin c, bahwa guru melaksanakan strategi agar siswa mampu secara mandiri melakukan publikasi cerpen melalui platform digital. Masih menjadi sesuatu yang baru, dan guru memberikan solusi dengan proyek kolaborasi dua orang siswa. Tugas tersebut diakui oleh 100% siswa menjadi lebih ringan dengan kolaborasi, ada teman untuk berbagi ide dan tugas.
Kendala Sinyal
Kendala jaringan/data internet disikapi dengan guru menyediakan wifi portable yang dapat digunakan oleh siswa yang hari itu kehabisan paket data/susah sinyal. Selain itu, proyek yang dikerjakan dalam kelompok menjadi salah satu solusi penggunaan gawai oleh salah satu siswa saja. Sedangkan untuk tes individu bisa menggunakan gawai guru atau bergantian dengan teman yang lain. Hal ini mengajarkan kesepakatan, kejujuran, dan tanggung jawab siswa.
Penguasaan Teknologi

Guru mengimbangi penguasaan teknologi yang dapat diadaptasi untuk pembelajaran. Di antaranya adalah liveworksheets, quizizz, dan platform membaca digital (storial.co). Dampak yang dirasakan oleh siswa adalah 100% siswa mengaku tertarik dan lebih mudah dalam belajar. Selain itu mengurangi keinginan siswa untuk menggunakan HP di luar kepentingan pembelajaran (73%). Untuk Liveworkseets beberapa keuntungan diantaranya adalah siswa dapat mengirimkan hasil kerjanya langsung ke email guru dan guru dapat memberikan umpan balik melalui email siswa dan memberikan hasil pembelajarannya ke alamat email orang tua. Saat dibutuhkan presentasi, LKPDnya dapat langsung ditampilkan di layar. Live quizizz merupakan salah satu hal baru bagi 100% siswa, mereka merespon dengan penuh semangat. Untuk pertama kalinya mereka mengerjakan tes formatif serasa bermain games online dan mereka dapat melihat langsung jawaban mereka secara lifetime. Dampak yang dirasakan guru akan lebih siginifikan dalam hal menghemat waktu, tidak membutuhkan waktu koreksi manual, umpan balik, dan analisis. Semua telah dikerjakan oleh teknologi. Guru dapat lebih fokus saat memberikan refleksi dan umpan balik terhadap hasil tes formatifnya.
REFLEKSI

Refleksi siswa terhadap proses pembelajaran merupakan salah satu bagian dari pembelajaran yang bermakna. Sebelumnya siswa belum terbiasa melakukan refleksi. Setelah mereka mendapatkan kesempatan refleksi dengan cara menuliskannya di daun refleksi, membacakan refleksi di hadapan guru dan teman, serta menggantungkannya pada pohon refleksi- siswa menjadi lebih mengenali sejauh mana ia belajar. Meski awalnya mereka mengatakan bingung atau bertanya bagaimana caranya, akan tetapi pada pertemuan selanjutnya mereka telah beradaptasi dan melakukan refleksi dengan lebih cepat dan mampun mendiagnosis sesuai pengalaman belajar masing-masing siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Dewayani, Sofie dkk. 2021. Inspirasi Pembelajaran yang Menguatkan Literasi. Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI.
Ariyana, Yokie dkk. 2018. Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI.